✔ Majalah Dinding Sarana Menumbuhkan Budaya Literasi
![]() |
Media majalah dinding (mading) bisa menjadi media yang memfasilitasi jadwal literasi di sekolah. |
Baca juga: Panduan Program 15 Menit Membaca Buku (GLS)
Fakta berikutnya akseptor didik mempunyai kecenderungan mengalami kesulitan dikala mengerjakan tes penilaian berguru dalam bentuk uraian atau bentuk soal kisah lantaran dalam tes penilaian berguru berbentuk uraian terdapat aspek memahami, aplikasi sekaligus analisis yang diharapkan sebelum menuntaskan tes penilaian berguru dalam bentuk uraian dan hal tersebut akan lebih gampang dilakukan apabila anak rajin membaca. Berdasarkan taksonomi, tujuan pendidikan yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dalam Nirsam (2005:21) mencakup kognitif, afektif dan psikomorik dan ranah yang diamati ialah ranah kognitif yang berkaitan dengan budi budi yang mencakup enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Baca Juga
Fakta dilapangan berikutnya ialah akseptor didik sering bertanya ihwal arti/ sinonim dari sebuah kata dalam bacaan, hal itu tentu terjadi lantaran rendahnya kemampuan membaca pada anak sehingga anak mengalami penurunan penguasaan kosakata, hal tersebut sesuai dengan artikel dalam Bloganakpertama ihwal cara yang bisa dilakukan untuk menambah kosakata anak salah satunya ialah membaca dan mendongeng.
Menurut fakta dilapangan, menurut pengamatan perkembangan pada anak dan pada akseptor didik faktor utama menurunnya kemampuan membaca adalah:
1. Beralihnya akomodasi bermain pada anak, anak sering bermain memakai gadged yang cara bermainnya hanya membutuhkan kontak antara dirinya sendiri dengan media bermain sehingga tidak terbangun komunikasi dua arah dalam waktu tertentu.
2. Alat –alat elektronik berkembang sangat pesat dan beragam, menyerupai tayangan televisi dengan banyak sekali saluran televisi dengan bermacam-macam acara. Televisi menyajikan semua serba instan, mulai dari duka , lucu, murka semua sudah siap dinikmati. Hal tersebut menimbulkan anak bahkan orang bau tanah pu bisa lepas fokus. Misalnya kegiatan makan yang dilakukan bersama melihat televisi menimbulkan waktu makan lebih lama
3. Orang bau tanah senantiasa disibukkan banyak sekali kegiatan, serta membantu mencari embel-embel nafkah untuk penghidupan keluarga. Kadang itu membuat para pelajar merasa kehilangan kasih sayang dan mencari kegiatan lain untuk mencari cara menghilangkan kejenuhan dan itu cenderung mengarah ke hal yang negative.
Majalah Dinding
Majalah dinding ialah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana, Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya untuk menampilkan bermacam-macam hasil karya, menyerupai lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, kisah bergambar, dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi itu disusun secara serasi sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik. Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau materi lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Peranan majalah dinding yang tampak pokok sebagai salah satu akomodasi kegiatan siswa secara fisikal dan faktual serta mempunyai sejumlah fungsi, yaitu :informatif,komunikatif, rekreatif, dan kreatif. https://id.wikipedia.org/wiki/Majalah_dinding
Program literasi membutuhkan media yang sempurna untuk menerapkan keseluruhan konponen literasi menyerupai membaca, menulis, mengakses, memahami dan memakai informasi secara cerdas. Majalah dinding merupakan salah satu media yang sempurna untuk memfasilitasi jadwal literasi lantaran majalah dinding (mading) merupakan media untuk memasang hasil karya akseptor didik berupa goresan pena atau gambar. Hasil goresan pena akseptor didik merupakan bukti hasil berkembangnya kemampuan menulis pada akseptor didik. Hasil akseptor didik berupa gambar juga bisa sebagai sarana pengembangan kreatifitas akseptor didik, hasil citra akseptor didik yang telah di pasang pada majalah dinding (mading) sebagai materi pandangan gres akseptor didik yang lain untuk bahagia menggambar dan sebagai daya tarik akseptor didik mengakses informasi dengan cara melihat dan memanfaat majalah dinding (mading ) dengan baik sebagai sarana penghargaan pada akseptor didik yang telah berkarya.
Majalah dinding (mading) merupakan sarana untuk menampilkan hasil kemampuan akseptor didik dalam mengakses informasi baik dari media cetak maupun media elektronik dengan tema, guru membatasi dengan tema tertentu dalam rangka melatih akseptor didik memilih hasil susukan yang sesuai dengan perkembangan usia. Hasil susukan informasi yang telah terpasang dalam majalah dinding (mading) bisa dipakai sebagai materi membaca bagi sobat lain, sehingga akseptor didik mendapat ilmu dari semangat membaca majalah dinding (mading) yang ditampilkan dengan menarik. Kegiatan menyerupai ini secara pribadi bisa memfasilitasi akseptor didik dalam menyebarkan kemampuan membaca, menulis, mengakses, memahami dan memakai informasi secara cerdas.
Media majalah dinding (mading) bisa menjadi media yang memfasilitasi jadwal literasi dengan mewadahi seluruh komponennya. Beberapa pertimbangan yang bisa memaksimalkan hasil majalah dinding (mading) sebagai media pendukung prodram literasi adalah:
1. Papan majalah dinding (mading) dibentuk permanen dengan latar papan yang menarik sesuai dengan dunia belum dewasa dan sudah dipertimbangkan tingkat keamanannya. Misalnya, dari materi triplek yang dicat dengan gambar,warna sesuai dunia anak dan melindungi sudut yang lancip dengan materi yang lunak sehingga tidak berbahaya dan aman. Hal tersebut dengan tujuan majalah dinding (mading) tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang pendek lantaran serpihan majalah dinding (mading) berupa gambar dan goresan pena yang berubah secara rutin dengan tema tertentu dalam jangka waktu tertentu.
2. Pemasangan majalah dinding (mading) dipasang dengan ketenggian yang diadaptasi dengan tinggi rata rata akseptor didik yang berada dalam kelas tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah jangkauan akseptor didik dalam memasang, membaca, menikmati maupun mengakses seluruh serpihan gambar dan tulisan.
3. Kepingan goresan pena dan gambar yang terpasang pada majalah dinding (mading) sesuai dengan tema belum dewasa yang berganti secara rutin pada jangka waktu tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kebosahan gambar dan informasi yang dilihat oleh akseptor didik dan memperkaya informasi akseptor didik yang menikmati majalah dinding (mading)
Semoga media majalah dinding (mading) bisa menginspirasi pembaca dan pendidik (guru) dalam rangka membuat media kreatif yang lain sebagai sarana pembelajaran sekaligus support terhadap jadwal pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas membaca pada anak.
*) Ditulis oleh Loukais Ifka Arishinta, M.Pd. Guru SD Muhammadiyah 9 Malang
Belum ada Komentar untuk "✔ Majalah Dinding Sarana Menumbuhkan Budaya Literasi"
Posting Komentar